Wednesday, June 8, 2011

Larvasida hayati penangkal demam berdarah dengue

Bentuk formula larvasida hayati dalam bentuk granul cukup efektif mengendalikan nyamuk pada stadium larva.

Seorang peneliti IPB berhasil menemukan obat penangkal nyamuk demam berdarah dari bahan dasar tumbuhan. Seberapa ampuhkah?

Warga Kalimantan Tengah telah lama memanfaatkan biji tanaman kamandrah (Croton tigliun L) sebagai obat nyamuk alami. Mereka mengeringkan biji sebesar mahkota dewa ini dan membakarnya. Alhasil, asap yang mengepul pun langsung bekerja mengusir serangga mungil pengisap darah tersebut.

Selidik punya selidik, nyamuk kabur lantaran asap dari biji kamandrah yang mengandung toksik. Seperti diketahui, sesuatu yang toksik itu bisa digunakan untuk "membunuh".

Tapi, seberapa ampuh kandungan toksik biji kamandrah itu mampu mengusir nyamuk membuat Dyah Iswantini Pradono, ahli biofarmaka dari Institut Pertanian Bogor (IPB) penasaran.

Babak penelitian toksik biji kamandrah pun dimulai Dyah bersama koleganya dari beberapa institusi enam tahun silam. Mereka juga berusaha mencari cara efektif mengendalikan gigitan nyamuk yang kadang membuat manusia terserang demam berdarah dengue (DBD).

Sementara itu, obat atau vaksin pecegah DBD yang efektif hingga kini masih belum ditemukan. Padahal, wabah DBD yang terjadi di Indonesia telah dikategorikan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Apalagi, musim pancaroba seperti saat ini bisa mengakibatkan jentik nyamuk membiak dengan cepat.

Entah sudah berapa nyawa yang melayang akibat DBD. "Sejauh ini upaya menanggulangi DBD untuk mengendalikan vektor (nyamuk) pada stadium larva (jentik) dengan menggunakan larvasida kimiawi 'abate'," ungkap Dyah yang juga Kepala Bagian Kimia Fisik Departemen Kimia IPB ini.

Pada sisi lain, penggunaan larvasida dari bahan kimia itu dikhawatirkan berbahaya bagi manusia. Apalagi cara menggunakan bubuk abate itu dengan cara ditaburkan dalam air. Kemungkinan besar air yang sudah bercampur abate itu bisa terminum oleh manusia.

Permasalahan itu memacu Dyah bersama timnya mencari formula larvasida atau insektida hayati dari biji tanaman kamandrah. Sejak 2006, pelbagai cara untuk mendapatakan ekstrak biji kamandrah telah dilakukan. Mulai dari menggunakan pelarut air, ethanol, dan beberapa zat lainya.

Pengepresan Hidroulik

Tak dinyana, kata Dyah, jika proses ekstraksi biji tanaman yang memiliki daun berbentuk hati mirip sirih ini ternyata begitu sederhana. Proses pengepresan hidroulik pada biji dengan tingkat kemasakan fisiologis yang sudah dikeringkan merupakan cara paling efektif.

Teknik sederhana itu menghasilkan rendemen minyak kamandrah yang tinggi dengan potensi sebagai larvasida jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus penyebab DBD. “Teknik pengepresan hidroulik dapat menghasilkan redemen minyak Kamandrah yang sangat efektif sebagai larvasida hayati,” ungkap Dyah yang menyandang gelar Doktor dari Universitas Kyoto Jepang ini.

Tapi proses penelitian tidak berhenti sampai di situ saja, sebab minyak biji kamandrah yang dihasilkan tidak bisa langsung digunakan penangkal larvasida. Sudah menjadi hukum alam, minyak dan air telah lama berseteru.

Agar minyak kamandrah dan air bisa akur, perlu diformulasikan dengan suatu zat tertentu. “Apa nama zat itu masih belum bisa kami sampaikan. Harap maklum, hasil penelitian ini belum dipatenkan,” kata Sekretaris Pusat Studi Biofarmaka, LPPM IPB ini.

Yang jelas, bentuk formula larvasida hayati dalam bentuk granul cukup efektif mengendalikan nyamuk pada stadium larva. Granul ini secara otomatis akan mengeluarkan senyawa aktif apabila di dalam suatu genangan air ada jentik nyamuk. "Jadi ketika granul tersebut ditaburkan dalam air tidak langsung hilang semuanya. Senyawa aktif hanya akan bekerja ketika ada jentik nyamuk," klaim Dyah.

Larvasida hayati ini tidak menimbulkan merubah warna dan bau air. Lebih dari itu, larvasida hayati ini tidak menimbulkan efek samping lain, bai bagi manusia maupun hewan peliharaan.

Tak berlebihan jika hasil penelitian ini berhasil lolos seleksi berlapis oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi masuk dalam 102 karya inovasi paling prospektif di Indonesia. Penelitian ini memiliki potensi besar untuk diaplikasikan sebagai produksi inovasi di sektor industri maupun masyarakat umum.agung wredho kurniawan

Formula Efektif Basmi Larva Nyamuk

Tanpa mengetahui kandungan biji tanaman kamandrah, para tetua di Kalimantan Tengah mewariskan obat nyamuk hayati yang telah dimanfaatkan secara turun-temurun. Pemanfaatan biji kamandrah sebagai obat nyamuk bakar hanya berdasar perkiraan saja, sehingga kurang efektif dan efisien.

Karena itu, sudah menjadi tugas para ilmuwan sekarang ini menguak kandungan biji tanaman liar yang bisa ditemukan di daratan Indonesia, Papua Nugini, Filipina, China, Pakistan, dan India tersebut.

Dyah Iswantini Pradono, ahli biofarmaka dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menguraikan biji kamandrah mengandung cukup banyak senyawa aktif piperin. Senyawa aktif ini telah diketahui memiliki bahan aktif yang mempunyai efek penangkal serangga (repellent). "Tapi bukan hanya piperin saja yang berkhasiat sebagai penangkal nyamuk, masih banyak kandungan dalam biji kamandrah," kata Dyah.

Pada sisi lain, berberap riset penelitian telah berhasil mengungkap tanaman kamandrah ini mengandung beberapa senyawa aktif. Misalnya, glyceryl crotonate, crotonic acid, crotonic resin, phorbol estersphorbol formate, phorbol butyrate, dan phorbol crotonate.

Lebih detail, laman herbs-treat and taste memaparkan bahwa biji kamandrah mengandung minyak kernel antara 50-60 persen, minyak oleat 42,8 persen, dan minyak linoleat 32,8 persen.

Untuk mendapatkan pelbagai ekstrak yang terkandung dalam biji kamandrah, kata Dyah, teknik pengepresan hidroulik merupakan cara terbaik untuk memperoleh redemen minyak. Rendemen minyak biji kamandrah tertinggi sebanyak 16,5 persen bisa diperoleh dari pengepresan dengan suhu 105 derajat Celsius.

Menurut Dyah, minyak biji kamandrah tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pengendali nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus penyebab DBD. "Jadi pemanfaatan biji tanaman kamandrah bukan sekedar untuk obat nyamuk bakar saja yang kurang efektif mengendalikan nyamuk," kata Dyah.

Dari hasil penelitian Dyah bersama timnya, dosis efektif minyak biji kamandrah dengan LC50 (lethal concentration 50) sebesar 769,52 part per million (ppm) untuk mengendalikan larva nyamuk dalam 24 jam perlakuan. Nilai LC50 adalah kemampuan senyawa aktif yang dapat menyebabkan kematian hewan uji sebanyak 50 persen pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm.

Adapun formula minyak biji kamandrah tidak toksik dengan menggunakan LD50 (Lethal Dose 50) untuk larva nyamuk jantan 1,30 gram (0,93 mililiter) per kilogram bobot larva. Sedangkan LD50 untuk larva nyamuk betina 1,9 gram (0,93 mililiter) per kilogram bobot larva dan larva nyamuk betina 1,9 gram (0,85 ml) per kilogram bobot larva.

Penelitian larvasida hayati layak dikembankan lebih sempurna, sebab senyawa insektisida dari tumbuhan mudah terurai di lingkungan. Dengan kata lain, tidak meninggalkan residu di udara, air, dan tanah serta memiliki keamanan tingkat keamanan lebih tinggi dibanding senyawa anorganik.

Oleh : Agung wredho kurniawan
Sumber
Tags
Larvasida, Larvasida penangkal dbd, Larvasida penangkal demam berdarah dengue, nyamuk Aedes aegypti, minyak biji kamandrah, Bentuk formula larvasida hayati, obat penangkal nyamuk demam berdarah, penangkal demam berdarah dari tumbuhan.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Larvasida hayati penangkal demam berdarah dengue"

Post a Comment