Monday, February 27, 2012

Raup Untung dari usaha Aksesori Unik

Aksesori bagi wanita, seperti kalung, gelang, cincin, dan bros, akan selalu menjadi komoditas menjanjikan. Selama ada wanita, aksesori akan tetap dicari. Aksesori ini mampu memberi pengaruh yang luar biasa dalam mengangkat pamor seorang wanita.

Jeli dan peka. Inilah kunci awal Diana Amalia saat memberanikan terjun menekuni bisnis aksesori wanita, dua tahun silam. Diana baru menyadari bahwa selama ini dirinya hanya sebagai kolektor aksesori. Kenapa tidak berpikir sebaliknya, membuat sekaligus memasarkannya.

“Saya awalnya memang hobi mengoleksi aksesori. Kalau ada yang unik, selalu saya beli. Lama-lama saya berpikir, kenapa tidak membuat aksesori sendiri saja,” kenang alumnus Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Surabaya, Rabu (26/10).

Diana makin yakin karena dia memiliki keterampilan mendesain aksesori. Perempuan kelahiran Gresik, 7 September 1963 ini, akhirnya memutuskan berkarya dan berbisnis aksesori. Bisnis aksesori ini benar-benar ditangkap sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Ia melihat aksesori yang selama ini beredar di pasar nyaris selalu monoton dan minim kreasi.

Namun, ibu tiga anak ini sadar bahwa dibutuhkan cukup modal untuk membuka usaha aksesori. Sementara, kala itu ia hanya mengantongi dana Rp 2 juta. Konsekuensinya, modal cekak ini harus diimbangi dengan keterampilan, minimal membuat desain sendiri.

Dengan modal seadanya, Diana memutuskan membuat aksesori berbahan baku tembaga yang dikombinasikan dengan bahan alam. Pilihannya jatuh pada batu turkis, batu yang tampak serat atau akarnya, selain ada juga batu manau dan batu alam lain. Soal bahan baku, ia mencari tahu ke teman-teman sesama perajin aksesori mengenai bahan baku dan mereka sangat kooperatif.

“Tembaga pun saya memimpikan tembaga dengan warna yang kuat. Emas kehitaman. Saya mendapat penjelasan dari tukang tembaga. Untuk batunya, harus batu turkis. Kalau tidak unik, mana mungkin diminati,” ujar Kabag Humas Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Surabaya ini, yang mendapat bahan baku dari Surabaya dan Jakarta.

Dengan mengusung merek Dinar Aksesori, Diana melibatkan 12 orang ibu rumahtangga dalam pengerjaannya. Mereka bertugas merangkai dan merajut setiap aksesori. Begitu bahan yang dipesan sesuai desain datang, ibu-ibu itu mengerjakan di rumah masing-masing.

“Enak kerjanya, bisa dibawa pulang. Setelah menuntaskan pekerjan rumah beralih menuntaskan aksesori. Selain dapat tambahan penghasilan juga ada kesibukan yang menghasilkan uang,” kata Heni, salah satu pekerja.

Setidaknya, para ibu rumah tanggan itu makin berdaya. Kapasitas produksi saat ini mencapai 300 item per hari. Diana memberikan contoh gambar dan para ibu itu merangkainya. Yang paling rumit adalah menyambungkan kawat. Kini, Dinar Aksesori telah dipercaya Dinas Koperasi dan UMKM Jatim menjadi mitra.

“Saya sengaja tidak memberlakukan penawaran harga. Setiap produk, kami cantumkan label harga sesuai kelasnya. Rata-rata harga aksesori antara Rp 70.000–Rp 100.000 per buah,” jelas Diana.

Kini, rata-rata omzet penjualan setiap bulan mencapai Rp 50 juta. Nilai ini tentu pendapatan kotor. Belum dipotong ongkos produksi, ongkos kemasan, sewa outlet, dan memberi honor pekerja.

Dua tahun menjalankan bisnisnya, kini ia sudah memiliki 12 outlet di Surabaya. Dua di antaranya di Royal Plaza dan City of Tomorrow Surabaya. Beberapa yang lain dititipkan ke outlet dan butik dengan sistem konsinyasi. Yakni, berbagi laba setelah barang terjual.

“Unik Mas. Warnanya sangat kuat dan tampak manis. Harganya juga sangat terjangkau,” kata Saraswati, salah satu pembeli. Terlebih, karyawan outletnya tak lupa memberi tip merawat aksesori agar warnanya tak cepat pudar. Di antaranya, setelah dipakai aksesori dilap tisu, disimpan di tempat tertutup, namun tetap cukup udara, hindari terkena bahan kimia, parfum, dan sabun.

Pemasaran dari Diri Sendiri

Hasil desain Diana mulai terlihat pada produk pertama 2009. Perempuan ini tak percaya dengan kreasi yang dia ciptakan. Ternyata, perpaduan tembaga bakar (emas kehitaman) dengan batu alam sangat serasi.

Awalnya, ia mengaku, sangat sulit mengenalkan karya unik itu kepada masyarakat. Satu-satunya cara dengan menjadikan diri sendiri sebagai model. Bros, kalung, gelang, atau aksesori lain selalu dipakai Diana setiap ada pertemuan.

Di luar dugaan, banyak tetangga, teman kerja di kampus UPN, teman-teman sesama humas, atau ibu-ibu istri pejabat tertarik. Saat itulah, perempuan ini memaksimalkan momen. Menunjukkan sekaligus menawarkan kreasi aksesorinya kepada teman.

Bros dengan aksen tembaga bergaris dan berukir menjadikan aksesori ini semakin unik. Atau untaian kalung tembaga berukir yang tampak elegan. Aksesori ini diakuinya, dibuat memang khusus untuk menyempurnakan baju batik atau baju etnik. “Aksesori tembaga bakar dan batu alam sangat cocok untuk baju batik atau kebaya. Kalau baju formal kurang pas,” ulasnya.

Beragam model Dinar Aksesori ini diminati karena warnanya yang elegan dan tidak mudah pudar. Tidak jarang, mereka minta dibuatkan tidak hanya bros. “Tetapi satu paket sehingga semakin serasi dan padu. Misalnya, kalung, gelang, cincin, sekaligus bros,” tambahnya.

Diana masih ingat, kalung desainnya yang masih lugu mulai diminati beberapa dosen di UPN. Rantai tembaga emas kehitaman hanya dikaitkan dengan liontin batu. Meski sederhana, namun tampak unik. Karena terlihat sederhana, Diana tertantang terus bereksperimen. Apalagi perkembangan desain aksesori makin dinamis.

sumber
foto : surya/ahmad zaimul haq
Tags
usaha aksesoris wanita, usaha aksesoris

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Raup Untung dari usaha Aksesori Unik"

Post a Comment