Jawa barat memang merupakan wilayah yang kaya akan obyek wisata. Selain mengandalkan wisata keindahan alam, dan sejarah, kini wisata kebun strawberry mulai booming di Tatar Pasundan.
Uniknya, strawberry yang semula hanya bisa dipetik di Ciwidey, Lembang, dan Parongpong, di Kabupaten Bandung Barat, malah kini tanaman itu sudah mulai dibudidayakan di daerah lain seperti di Kabupaten Garut.
Strawberry, jenis buah yang kecil dan merah itu banyak digemari oleh pengunjung berbagai usia. Buah itu, selain enak dipandang mata, juga memiliki kelezatan jika disantap terlebih di siang hari.
Rasa manis dan sedikit asam merupakan ciri khas strawberry yang tak bisa dilupakan oleh lidah wisatawan. Namun, jika buah ini dikonsumsi dengan cara dijuice, oh… nikmatanya bukan main.
Tanaman strawberry, merupakan jenis tanaman yang merambat dan bisa dikembangbiakkan dengan cara dipotong di bagian batangnya yang sudah berakar.
Tanaman yang berasal dari California, Amerika Serikat ini tumbuh subur sejak ratusan tahun lalu ketika kolonial Belanda masih bercokol di Tatar Sunda.
Meski usianya sudah tua, namun hebohnya strawberry ini baru dirasakan tahun 2000-an setelah adanya pembudidayaan secara serius yang dilakukan para petani.
Berdasar catatan sejarah trawberry di Jawa Barat, mulai tumbuh di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung. Kemudian berkembang ke Lembang dan daerah Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Awalnya, tanaman strawberry hanya dipandang sebelah mata oleh penduduk setempat. Belakangan, setelah muncul istilah wisata out bond, trawberry mulai dibudidayakan dan sekaligus dijadikan tempat wisata.
MIRIP BAYI
H. Asep Haelusna, 39, yang lebih terkenal Asep Trawberry, merupakan ‘mbahnya’ tanaman strawberry di Tatar Sunda. Pria jebolan IKIP Bandung sudah belasan tahun bergelut dengan tanaman ini sehingga sudah tahu persis suka dan dukanya dalam membudidayakan tanaman asal Amerika Setikat itu.
“Tanaman strawberry itu mirip bayi,” celetuknya. Pasalnya, selain tergolong tanaman lunak dan lembut juga tanaman ini harus hidup di daerah dingin serta harus terus dipasok nutrisi berupa pupuk organik.
Teknis membudidayakannya, ujar dia, kita tinggal memelihara tanaman itu selang beberapa bulan akan merambat.
Yang dibudidayakan berupa stolen yang sudah berakar kemudian dipotong dan langsung ditanam kembali. Media yang digunakan lazimnya tanah lembut dioplos pupuk organik menggunakan wasah dari kantung plastik yang sudah dibolongi.
Singkatnya, papar dia, tanaman strawberry ini akan hidup di tanah yang lembut dengan udara dingin. Biasanya daerah yang bisa dijadikan tempat tanaman strawberry itu memiliki ketinggian 75-1200 di atas permukaan laut (dpl).
Kemudian tanaman ini bisa dilakukan di atas tanah lembab atau yang lebih baik ditanam dengan menggunakan sistem polyback. Hanya, pintanya, ketika kita sudah terjun ke trawberry harus hati-hati dalam merawatnya karena termasuk tanaman yang sensitif.
Menyinggung masalah penen, demikian Asep, ketika memasuki usia tiga bulan hingga enam bulan tanaman ini bisa dipenen. Panen perdana, buahnya besar-besar kemudian penen berikutnya bentuk buah itu semakin kecil.
“Tapi tanaman ini akan terus bersambung karena budidayanya sangat mudah cukup dengan menerapkan sistem stolen.”
MENURUNKAN KOLESTEROL
Strawberry, kini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, khususnya di Ciwidey, Parongpong, Lembang dan Garut. Dan kini menjadi aset wisata Jawa Barat.
Sejalan dengan pesatnya budidaya tanaman ini, ternyata Asep memprediksi banyak varian yang terjadi di dunia tanaman strawberry. Asep yang sudah bergelut dengan tanaman ini sejak tahun 1992 di daerah Mintras, Parongpong, Bandung, mencatat ada tiga jenis strawberry yang kini tumbuh di Tatar Sunda.
Pertama jenis cili, dengan bentuk buah kecil tapi manis. Kemudian strawberry santang bentuknya panjang dan manis, sedang terakhir jenis California dengan bentuk besar tapi asam.
Meski begitu, lanjutnya, strawberry yang siap dipanen tetap merah, lucu, dan membuat orang menjadi gemas. Melihat merah yang cukup mencolok dibuah strawberry para ahli menyebutkan kandungan vitamin C paling tinggi dibanding buah-buah lain yang warnanya sama-sama mencolok. Merujuk dari fakta yang ada, Asep menguraikan, strawberry selain mampu menurunkan kolesterol, juga bisa mengobati gejala darah tinggi.
Terpenting, strawberry pun memiliki khasiat untuk membuat awet muda, menumbuhkan rambut serta menghaluskan kulit tubuh. Oleh karena itu, tak sedikit para ahli kosmetik menggunakan strawberry untuk membuat ramuan pengawet kulit.
“Ingin awet muda, bebas darah tinggi dan kolesterol, mampir ke Garut untuk mencicipi strawberry,” kata Asep strawberry. Harganya terjangkau Rp50-60 per kg.
(dono darsono/B)
Uniknya, strawberry yang semula hanya bisa dipetik di Ciwidey, Lembang, dan Parongpong, di Kabupaten Bandung Barat, malah kini tanaman itu sudah mulai dibudidayakan di daerah lain seperti di Kabupaten Garut.
Strawberry, jenis buah yang kecil dan merah itu banyak digemari oleh pengunjung berbagai usia. Buah itu, selain enak dipandang mata, juga memiliki kelezatan jika disantap terlebih di siang hari.
Rasa manis dan sedikit asam merupakan ciri khas strawberry yang tak bisa dilupakan oleh lidah wisatawan. Namun, jika buah ini dikonsumsi dengan cara dijuice, oh… nikmatanya bukan main.
Tanaman strawberry, merupakan jenis tanaman yang merambat dan bisa dikembangbiakkan dengan cara dipotong di bagian batangnya yang sudah berakar.
Tanaman yang berasal dari California, Amerika Serikat ini tumbuh subur sejak ratusan tahun lalu ketika kolonial Belanda masih bercokol di Tatar Sunda.
Meski usianya sudah tua, namun hebohnya strawberry ini baru dirasakan tahun 2000-an setelah adanya pembudidayaan secara serius yang dilakukan para petani.
Berdasar catatan sejarah trawberry di Jawa Barat, mulai tumbuh di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung. Kemudian berkembang ke Lembang dan daerah Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Awalnya, tanaman strawberry hanya dipandang sebelah mata oleh penduduk setempat. Belakangan, setelah muncul istilah wisata out bond, trawberry mulai dibudidayakan dan sekaligus dijadikan tempat wisata.
MIRIP BAYI
H. Asep Haelusna, 39, yang lebih terkenal Asep Trawberry, merupakan ‘mbahnya’ tanaman strawberry di Tatar Sunda. Pria jebolan IKIP Bandung sudah belasan tahun bergelut dengan tanaman ini sehingga sudah tahu persis suka dan dukanya dalam membudidayakan tanaman asal Amerika Setikat itu.
“Tanaman strawberry itu mirip bayi,” celetuknya. Pasalnya, selain tergolong tanaman lunak dan lembut juga tanaman ini harus hidup di daerah dingin serta harus terus dipasok nutrisi berupa pupuk organik.
Teknis membudidayakannya, ujar dia, kita tinggal memelihara tanaman itu selang beberapa bulan akan merambat.
Yang dibudidayakan berupa stolen yang sudah berakar kemudian dipotong dan langsung ditanam kembali. Media yang digunakan lazimnya tanah lembut dioplos pupuk organik menggunakan wasah dari kantung plastik yang sudah dibolongi.
Singkatnya, papar dia, tanaman strawberry ini akan hidup di tanah yang lembut dengan udara dingin. Biasanya daerah yang bisa dijadikan tempat tanaman strawberry itu memiliki ketinggian 75-1200 di atas permukaan laut (dpl).
Kemudian tanaman ini bisa dilakukan di atas tanah lembab atau yang lebih baik ditanam dengan menggunakan sistem polyback. Hanya, pintanya, ketika kita sudah terjun ke trawberry harus hati-hati dalam merawatnya karena termasuk tanaman yang sensitif.
Menyinggung masalah penen, demikian Asep, ketika memasuki usia tiga bulan hingga enam bulan tanaman ini bisa dipenen. Panen perdana, buahnya besar-besar kemudian penen berikutnya bentuk buah itu semakin kecil.
“Tapi tanaman ini akan terus bersambung karena budidayanya sangat mudah cukup dengan menerapkan sistem stolen.”
MENURUNKAN KOLESTEROL
Strawberry, kini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, khususnya di Ciwidey, Parongpong, Lembang dan Garut. Dan kini menjadi aset wisata Jawa Barat.
Sejalan dengan pesatnya budidaya tanaman ini, ternyata Asep memprediksi banyak varian yang terjadi di dunia tanaman strawberry. Asep yang sudah bergelut dengan tanaman ini sejak tahun 1992 di daerah Mintras, Parongpong, Bandung, mencatat ada tiga jenis strawberry yang kini tumbuh di Tatar Sunda.
Pertama jenis cili, dengan bentuk buah kecil tapi manis. Kemudian strawberry santang bentuknya panjang dan manis, sedang terakhir jenis California dengan bentuk besar tapi asam.
Meski begitu, lanjutnya, strawberry yang siap dipanen tetap merah, lucu, dan membuat orang menjadi gemas. Melihat merah yang cukup mencolok dibuah strawberry para ahli menyebutkan kandungan vitamin C paling tinggi dibanding buah-buah lain yang warnanya sama-sama mencolok. Merujuk dari fakta yang ada, Asep menguraikan, strawberry selain mampu menurunkan kolesterol, juga bisa mengobati gejala darah tinggi.
Terpenting, strawberry pun memiliki khasiat untuk membuat awet muda, menumbuhkan rambut serta menghaluskan kulit tubuh. Oleh karena itu, tak sedikit para ahli kosmetik menggunakan strawberry untuk membuat ramuan pengawet kulit.
“Ingin awet muda, bebas darah tinggi dan kolesterol, mampir ke Garut untuk mencicipi strawberry,” kata Asep strawberry. Harganya terjangkau Rp50-60 per kg.
(dono darsono/B)
Sumber Poskota
Foto : aci.detik.
Tags
Wisata Kebun Strawberry di Tatar Pasundan, wisata stroberi di jawa barat, jenis stroberi, jenis strawberry, wisata strawberry di jawa barat, wisata stroberi di ciwidey, wisata strawberry di ciwidey, wisata kebun strawberry.
0 comments: on "Wisata Kebun Strawberry di Tatar Pasundan"
Post a Comment