Monday, March 21, 2011

Produk sandal kulit aslinya hanya di jual Rp 30.000-an

Limbah kulit dari pabrik sandal dan sepatu, ternyata bisa bernilai jual tinggi. Asal mampu mengkreasi lembaran kulit sisa ini menjadi alas kaki yang menarik, dengan warna-warna bervariasi. Ini benar-benar dibuktikan pasangan perajin di Nginden, Surabaya. Alhasil, permintaan pasarnya kini terus membaik.

Di tangan Nurul Soraya dan suami, guntingan lembaran kulit dari pabrik sandal-sepatu kulit kualitas ekspor bernilai jual tinggi. Melalui tangan-tangan terampil mereka, lembaran kulit ini disulap menjadi sandal kulit lagi.

“Sekarung limbah kulit (sekitar 1 kilogram) berupa guntingan-guntingan kulit, saya beli Rp 10.000-15.000. Bahan ini bisa jadi 10-15 pasang sandal dewasa dengan harga jual Rp 30.000-40.000 per pasang,” aku wanita 36 tahun ini. Tapi, untuk harga grosir Rp 25.000-30.000 per pasang.

Warnanya bervariasi, mulai coklat, pink, merah, putih, hitam. Tergantung warna limbah yang diperoleh. Kebanyakan warna coklat.

“Kita tinggal beli bagian alasnya atau sol. Tiap minggu beli dua karung, per karung isi lima kodi bisa untuk 100 pasang. Jadi tiap minggu bisa untuk 200 pasang,” kata ibu dua anak ini, ditemui di galerinya di Jl Nginden Raya 61.

Produksinya sehari semalam berkisar 20-30 pasang, dibantu empat karyawannya. “Keahlian saya bikin sandal diturunkan orangtua yang juga perajin sandal berbahan spon di Wedoro. Saya dari kecil bantu bikin sandal,” sambung Jovi Suyuti (48), suami Nurul.

Ketatnya persaingan UKM alas kaki membuatnya berpikir keras mencari bahan baku yang unik dengan harga murah. “Kalau bahan spon tidak ada limbahnya, harganya juga mahal dibandingkan limbah. Saya coba dari bahan kulit jok mobil, lalu sisa guntingan kulit, rencananya bahan terob atau terpal nantinya saya pakai juga sebagai bahan baku,” jelasnya.

Setelah hunting bahan baku, Jovi mendapat info dari seorang kawan jika suplai limbah kulit bisa diambil dari pabrik sepatu kulit PT Ecco di Candi, Sidoarjo. Ia pun berburu kesana. Kini ratusan sandal yang ia hasilkan banyak terjual di beberapa mal dengan beragam merek.

“Ada distributor yang ambil ke sini, dia pasarkan di pasar kaget atau bazaar kampung-kampung & Masjid Agung, atau kita ikut pameran di Royal Plaza, BG Junction hingga City of Tomorrow (Cito). Tapi semua bukan masuk butik, melainkan di emperan mal bagian dalam,” kata Jovi.

Ia produksi sandal dewasa wanita mulai ukuran 36-40, sedangkan sandal pria ukuran 38-43. Di atas ukuran itu, bisa pesan sendiri. “Saya memang terima pesanan, tapi harganya beda. Bisa dengan alas kulit asli tapi harganya mulai Rp 100.000 an,” lanjutnya.

Bahan limbah, diakui Jovi, jauh lebih murah dan memberikan keuntungan lebih besar. “Bandingkan kalau bukan limbah, untuk satu kaki (setengah pasang) saja harga lembaran Rp 15.000. Belum harga lem, benang, katokan, kop dan aksesorinya,” ujar pria yang memulai usaha pada 2005 ini.

Kala itu, dengan modalnya hanya Rp 100.000 untuk lima pasang sandal. Pembelinya, teman dan tetangga. Respons bagus, sehingga Jovi dan Nurul tergerak memperbanyak produksi. Tiga tahun lalu produksi sandalnya mulai ramai.

“Kita beli cetakan sandal atau gelbut dari rombengan. Sepasang cuma Rp 1.000, kalau beli baru harganya Rp 60.000 per pasang. Benang nilon per gelondong Rp 6.000, sebulan bisa habis enam gelondong. Lem sepatu habis dua galon per minggu, per galon Rp 85.000. Lem kecilnya habis dua kaleng per minggu, per kaleng harganya Rp 25.000,” urainya.

Untuk bikin merek dari kertas, harganya Rp 1.000 per lembar isi 50 merek. Sekali pesan bisa lima kodi. Sedang nomor ukuran kaki harganya Rp 800-900 per lembar atau isi 50 bulatan ukuran. Aksesori seperti, keling atau mata ayam di Kramat Gantung Rp 45.000/pak, isi 2.000 keling.

Pasangan ini tak menyangka jika produk sandal limbah kulitnya banyak diminati. “Sebelum menekuni usaha ini kami sempat jual beli mobil bekas. Keuntungannya lumayan, tapi setelah mobil dibawa lari orang, kita bangkrut di 2002,” kata Jovi, yang mengaku sempat berjualan pulsa dan buka warung kopi.

Ke depan, Nurul dan Jovi ingin ekspansi ke sepatu, namun masih terbentur modal. “Tapi kita ingin naikkan dulu produksinya sebelum merambah sepatu karena beli mesinnya juga mahal. Sayang kalau pinjam bank, tapi usaha masih gini-gini aja,” ujar Nurul.

Saat ini ia masih menggunakan peralatan manual, berupa mesin jahit, gunting, plong, tatakan besi, palu dan tang. “Selain menaikkan produksi, tahun ini saya berniat memperluas jangkauan pemasaran dengan menggandeng lebih banyak distributor,” pungkas perajin UKM binaan Dekranasda Surabaya ini.

Dwi Pramesti YS
Surabaya

sumber
Tags
sandal kulit, harga sandal kulit, bisnis sandal kulit, usaha sandal kulit, usaha sandal kulit dari limbah, peluang usaha sandal kulit, peluang bisnis sandal kulit, kerajinan sandal, kerajinan sandal kulit.sandal dari limbah kulit, kerajinan sandal, kerajinan sandal kulit, kerajinan dari kulit.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Produk sandal kulit aslinya hanya di jual Rp 30.000-an"

Post a Comment